Cari Blog Ini

Kamis, 04 November 2010

>>PENTINGNYA METODE ILMIAH DALAM PERKEMBANGAN IPA

Disusun oleh :

1. Pandu Pramudya (100311400756)
2. Verra Selviana (100311400740)
3. Nandra Cahya Praramadhani (100311400738)
4. Mita Putri Putradewi (100311400753)
5. Vuvut Selviana (100311405189)




UNIVERSITAS NEGERI MALANG
MALANG
2010

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah SWT karena atas ridho dan izinNya kami dapat menyelesaikan tugas makalah Ilmu Kealaman Dasar dengan judul “Pentingnya Metode Ilmiah dalam Perkembangan IPA” ini dengan lancar tanpa aral serta rintangan yang berarti.
Penulis dalam menyelesaikan tugas makalah ini banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh sebab itu pada kesempatan ini penulis ingin menghaturkan ucapan terimakasih pada semua pihak yang turut membantu, khususnya kepada:
1) Hendra Suranto, S.Pd., M.Kes., selaku dosen pembimbing yang mana telah bersedia memberikan bimbingan dan arahan untuk kami selama pembuatan tugas makalah Ilmu Kealaman Dasar ini.
2) Teman-teman penulis yang telah memberikan informasi terkait dengan bahan-bahan pembuatan makalah ini serta turut membantu menyelesaikan tugas makalah ini.
3) Kedua orang tua penulis yang telah memberikan dukungan baik materil maupun spirituil hingga terselesaikannya tugas makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan untuk menyempurnakan makalah ini. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kehidupan dan perkembangan ilmu pengetahuan.




Malang, September 2010



Penulis



BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Ilmu pengetahuan alam adalah ilmu yang mempelajari tentang pengungkapan rahasia dan gejala alam, meliputi asal usul alam semesta dengan segala isinya, termasuk proses, mekanisme, sifat benda maupun peristiwa yang terjadi. Manusia memilki rasa ingin tahu terhadap alam hingga menyebabkan diperolehnya pengetahuan dari alam semesta ini. Pengetahuan dari alam semesta inilah yang nantinya akan berkembang dan menjadi dasar ilmu pengetahuan alam. Dengan pengetahuan tersebut, informasi akan terus bertambah dan berkembang dari masa ke masa, serta berkembang sesuai zamannya, sejalan dengan cara berfikir dan alat bantu yang ada pada saat itu. Oleh karena itu, pengetahuan alam sangat penting dalam kehidupan dan perkembangan zaman.
Sejalan dengan cara berfikir dan sifat manusia yang tidak pernah puas dengan apa yang sudah diketahuinya, menjadikan ilmu pengetahuan menjadi siklus yang akan terus berkembang. Munculnya istilah “metode ilmiah” tidak lepas dari hal di atas. Dalam hal ini, metode ilmiah merupakan jembatan untuk berkembangnya ilmu pengetahuan alam. Betapa pentingnya ilmu pengetahuan alam dengan bantuan metode ilmiahnya menjadikan berbagai negara dan elemen-elemen di dalamnya berlomba lomba untuk menjadi lebih baik lagi. Karena berbeda zaman akan berbeda pula pengetahuan yang di dapat serta bertambah pula pengetahuan yang ada. Ilmu pengetahuan alam sangat berpengaruh pada segala aspek dan segala bidang. Metode ilmiah menjadi suatu yang penting yang di dalamnya terdapat langkah langkah operasional yang mendukung terciptanya pengetahuan.
Di era globalisasi saat ini sangat dituntut untuk penemuan hal-hal yang yang baru, pengetahuan yang baru agar bisa bersaing dan bisa mengimbangi perkembangan yang ada. Dengan metode ilmiah IPA klasik tercipta banyak sekali ilmu pengetahuan yang menjadi dasar untuk metode ilmiah IPA modern yang nantinya akan menemukan pengaetahuan-pengetahuan yang baru dengan alat bantu dan cara berfikir yang lebih dari IPA klasik.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah metode ilmiah dapat dikatakan sebagai ciri IPA?
2. Bagaimanakah langkah-langkah operasional metode ilmiah?
3. Bagaimanakah penerapan metode ilmiah pada IPA klasik dan IPA modern?

1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah di atas, hal yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini adalah :
1. Menjelaskan alasan metode ilmiah dikatakan sebagai ciri dari IPA.
2. Menjelaskan langkah-langkah operasional dalam metode ilmiah.
3. Menjelaskan perbedaan penerapan metode ilmiah pada IPA klasik dan IPA modern.















BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Metode Ilmiah sebagai Ciri IPA
2.1.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Ilmu Pengetahuan Alam adalah ilmu yang mempelajari tentang pengungkapan rahasia dan gejala alam, meliputi asal-usul alam semesta degan segala isinya, termasuk proses, mekanisme, sifat benda maupun peristiwa yang terjadi.
2.1.2 Pengertian Metode Ilmiah
Metode ilmiah merupakan suatu cara yang digunakan oleh para ilmuwan untuk memecahkan suatu permasalahan, serta menggunakan langkah-langkah yang sistematis, teratur, dan terkontrol.
2.1.3 Alasan Metode Ilmiah Dikatakan sebagai Ciri IPA
Manusia memiliki kecenderungan untuk menanggapi rangsangan yang ada di sekitarnya, termasuk gajala-gejala di alam semesta ini. Tanggapan terhadap gejala-gejala dan peristiwa-peristiwa yang ada ini di alam semesta ini akan menjadi sebuah pegalaman yang akan terus berkembang karena rasa keingin tahuan manusia. Pengalaman-pengalaman inilah yang nantinya menjadi pengetahuan dan diwariskan kepada generasi berikutnya.
Ilmu tentang alam merupakan kegiatan manusia yang bersifat aktif dan dinamis. Artinya, hasil percobaan yang dilakukan manusia akan menghasilkan suatu konsep yang mendorong dilakukannya percobaan-percobaan berikutnya, karena ilmu alam bertujuan untuk mencari kebenaran yang relatif dari suatu hal.
Tidak semua pengetahuan dapat disebut ilmu, karena ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat tertentu. Adapun syarat-syarat suatu pengetahuan dapat dikatakan sebagai ilmu adalah sebagai berikut:


a) Logis
Pengetahuan tersebut masuk akal dan sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu pengetahuan.
b) Objektif
Pengetahuan yang didapat harus sesuai dengan objeknya dan didukung oleh fakta empiris.
c) Metodik
Pegetahuan diperoleh dengan cara-cara tertentu yang teratur, dirancang, diamati, dan dikontrol.
d) Sistematik
Pengetahuan disusun dalam satu sistem yang saling berkaitan dan menjelaskan satu sama lain sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh.
e) Universal
Pengetahuan berlaku untuk siapa saja dan di mana saja yaitu dengan cara eksperimentasi yang sama akan diperoleh hasil yang sama.
Suatu pengetahuan dapat dikatakan benar apabila ada kesesuaian antara pengetahuan dan objeknya. Untuk mencapai hal itu, tidak dapat terjadi secara kebetulan melainkan harus melalui prosedur atau metode yang tepat, yakni metode ilmiah. Dengan metode ilmiah, dapat diperoleh kebenaran yang merupakan keputusan atas objek penelitian dan dirumuskan secara tertentu.
Kebenaran yang terkandung dalam ilmu pengetahuan alam terletak pada metode ilmiah yang menentukan kelebihan dan kekurangan ilmu alam. Oleh dasar inilah metode ilmiah dikatakan sebagai ciri ilmu pengetahuan alam (IPA) sehingga pemecahan masalah yang tidak diterapkan melalui metode ilmiah tidak dapat dikatakan bersifat ilmiah.




2.2 Langkah-langkah Operasional Metode Ilmiah
Seperti yang telah diulas sebelumnya bahwa metode ilmiah merupakan salah satu ciri dari ilmu pengetahuan alam. Dengan kata lain, suatu materi pengetahuan harus melalui proses metode ilmiah. Tentunya, proses metode ilmiah harus mencerminkan sifat sistematis, konsisten, dan objektif. Adapun langkha-langkah operasional metode ilmiah, antara lain:
1. Penginderaan
Penginderaan adalah langkah pertama metode ilmiah, sehingga hanya sesuatu yang dapat diindera yang dapat diselidiki oleh ilmu alamiah. Namun penginderaan dalam konteks ini bukan berarti segala sesuatunya harus dapat dilihat dengan mata atau melalui penginderaan langsung, melainkan harus jelas terlihat efek-efek yang ditimbulkan.
Untuk melakukan penginderaan dengan tepat dan benar diperlukan pengulangan dan waktu yang lama. Seringkali penginderaan harus dilakukan berkali-kali serta tak jarang mengalami kegagalan. Penginderaan yang tepat sukar dilakukan karena sering adanya prasangka yang melekat pada indera tersebut, tetapi melalui latihan dan penggunaan alat bantu, penginderaan yang tepat dapat dilakukan. Penggunaan instrumen standar dapat meminimalkan kesalahan akibat subjektivitas, contohnya penggunaan termometer untuk mengukur suhu.
2. Masalah atau Problem ( Perumusan Masalah )
Langkah kedua yang harus dilakukan dalam metode ilmiah adalah perumusan masalah. Masalah adalah pertanyaan apa, mengapa, dan bagaumana mengenai objek yang diteliti. Masalah tersebut harus jelas batasannya sehingga mempermudah jalan dalam pencarian data (fakta-fakta yang relevan terkait pemecahan masalah). Secara singkat, dapat dikatakan bahwa perumusan masalah adalah membuat pertanyaan mengenai apa yang ditemukan melalui penginderaan itu, mengapa begitu, bagaimana hal itu terjadi, dan seterusnya. Namun pertanyaan yang dibuat harus relevan dan dapat diuji dengan teknik yang akurat.
Pada umumnya, kata tanya yang digunakan dalam rumusan masalah adalah “bagaimana” dan “apa”. Penggunaan kata tanya “mengapa” seringkali menimbulkan kesukaran untuk diuji sehingga digantikan oleh kata tanya “apa” atau “bagaimana”.
3. Hipotesis
Hipotesis adalah dugaan sementara yang ditaksir merupakan jawaban dari suatu pertanyaan dan dibuat berdasarkan pengetahuan yang telah ada sebelumnya. Untuk membuktikan kebenaran suatu hipotesis diperlukan data atau fakta yang diperoleh melalui survey atau eksperimen. Apabila data-data yang ada tidak mendukung hipotesis, maka perlu disusun hipotesis baru.
4. Eksperimen
Eksperimen atau percobaan merupakan langkah ilmiah keempat. Ekperimen merupakan usaha pengumpulan fakta yang relevan dengan hipotesis yang telah diajukan sehingga diketahui apakah fakta-fakta tersebut mendukung hipotesis atau tidak. Pada langkah ini, tampak jelas perbedaan antara ilmu alamiah dan non ilmu.
Banyak orang mengadakan penginderaan, merumuskan masalah, dan berhipotesis. Namun di saat orang biasa berhenti sampai di situ, seorang ilmuwan akan meneruskan pertanyaannya dengan “Mana buktinya?”. Suatu jawaban yang merupakan pendapat umum yang emosional dan tidak didukung bukti yang kuat merupakan ilusi dan tidak bijaksana. Melalui eksperimen, bukti-bukti yang konkrit dapat ditunjukkan sehingga jawaban yang semula hanya bersifat dugaan menjadi jawaban yang benar serta ilmiah. Namun demikian, ekperimen yang dilakukan harus dirancang dengan baik dan seksama agar faktor-faktor dapat dikendalikan dan hipotesis teruji kebenarannya.
5. Teori
Bukti dari ekperimen yang telah dilakukan menjadi dasar langkah metode ilmiah yang terakhir, yakni teori. Suatu teori dapat disusun apabila hipotesis telah didukung oleh bukti atau data yang diperoleh melalui eksperimen atau survey dan menunjukkan hal yang dapat dipercaya (valid) walaupun terdapat keterbatasan tertentu. Sebaliknya, apabila fakta-fakta yang ada tidak mendukung hipotesis maka hipotesis tersebut ditolak. Hipotesis yang diterima inilah yang merupakan pengetahuan yang telah teruji kebenarannya secara ilmiah dan menjadi bagian dari ilmu pengetahuan.


Gambar 1 Bagan Langkah-langkah Operasional Metode Ilmiah



2.3 Metode Ilmiah pada IPA Klasik dan IPA Modern
2.3.1 Perkembangan IPA
Seiring rasa ingin tahu manusia tentang alam yang tidak ada habisnya, maka upaya mencari jawaban mengenai fenomena alam pun terus dilakukan melalui berbagai pengamatan dan penelitian. Untu melakukan sebuah penelitian, dibutuhkan landasan teori yang jelas. Sebaliknya, melalui sebuah penelitian juga dapat diperoleh teori baru mengenai objek yang diteliti. Hal ini mengindikasikan perkembangan ilmu pengetahuan alam yang senantiasa dikelilingi landasan ilmu. Berdasarkan urutan stratanya, ada tiga jenis landasan ilmu:
a. Hipotesis, merupakan dugaan mengenai masalah yang diambil dari pengetahuan yang telah ada.
b. Teori, merupakan landasan ilmu yang telah teruji kebenarannya, namun dimungkinkan adanya koreksi.
c. Hukum/dalil, merupakan teori yang terbukti kebenarannya melalui pengujian berkali-kali.
Sifat manusia yang tidak pernah puas terhadap apa yang telah dimilikinya inilah yang membawa ilmu pengetahuan pada perkembangan. Hal tersebut menjadikan ilmu pengetahuan merupakan suatu siklus yang tidak terputus.











Gambar 2 Siklus Ilmu yang Berkesinambungan

Secara umum, siklus ini menggambarkan bahwa penelitian merupakan upaya untuk menjawab masalah yang berupa pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana suatu fenomena alam terjadi.
Sebelum diangkatnya penemuan Copernicus yang kemudian diperkuat oleh Galileo mengenai konsep heliosentris yang menggeser kepercayaan masyarakat terhadap konsep geosentris, perkembangan ilmu pengetahuan berjalan lambat. Barulah pada abad ke 15-16, setelah ditemukannya alat bantu penelitian yang lebih baik (teropong), sehingga dimungkinkannya koreksi terhadap konsep geosentris, abad ilmu pengetahuan modern dimulai.
Perkembangan IPA sangat pesat setelah dikenalkannya konsep fisika kuantum dan relativitas pada abad 20. Konsep yang modern ini mempengaruhi konsep IPA secara keseluruhan dan menyebabkan adanya revisi serta penyesuaian-penyesuaian konsep ke arah yang modern. Dengan demikian, terdapat dua konsep IPA yang berkembang, yakni IPA Klasik dan IPA Modern.
2.3.2 Pengertian IPA Klasik
IPA klasik merupakan suatu proses IPA di mana teori dan eksperimen memiliki peran saling melengkapi dan memperkuat. IPA klasik memiliki kajian yang bersifat makroskopik, yakni mengacu pada hal-hal yang berskala besar dan kaidah pengkajiannya menggunakan cara tradisional. Di samping kajian yang bersifat makrokopis, ciri lain IPA klasik adalah lebih mendahulukan eksperimen dari pada teori.
2.3.3 Pengertian IPA Modern
IPA modern adalah suatu proses IPA di mana penekanan terhadap teori lebih banyak dari pada praktek. IPA modern memiliki telaahan yang bersifat mikroskopik, yakni sesuatu yang bersifat detail dan berskala kecil. Selain itu, IPA modern menerapkan teori eksperimen, di mana ia menggunakan teori yang telah ada untuk eksperimen selanjutnya.



2.3.4 Penerapan Metode Ilmiah pada IPA Klasik dan IPA Modern
Berdasarkan pengertian IPA Klasik dan IPA Modern yang dipaparkan di atas, dapat diketahui bahwa penggolongan IPA menjadi IPA Klasik dan IPA Modern didasarkan pada konsepsi, yang meliputi cara berfikir, cara memandang, dan cara menganalisis suatu gejala alam.
Secara umum, langkah-langkah penerapan metode ilmiah pada IPA Klasik dan IPA Modern adalah sama, yakni harus melalui penginderaan, perumusan masalah, pengajuan hipotesis, eksperimen, dan penarikan kesimpulan (teori). Baik IPA Klasik maupun IPA Modern keduanya memiliki tujuan akhir yang sama, yakni keingintahuan. Namun pada IPA Klasik, suatu pengetahuan didapatkan dari awal, yakni didasarkan dari hasil eksperimen yang dilakukan dan kajian pada IPA Klasik lebih dangkal karena terbatas pada media atau alat bantu penelitian. Sedangkan pada IPA Modern, suatu pengetahuan diperoleh melalui eksperimen yang dilakukan dengan berkiblat pada teori yang telah ada dan dengan bantuan teknologi yang lebih canggih dan maju, maka kajian dari IPA Modern lebih mendetail. Sehingga diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam mengenai suatu fenomena alam. Dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa IPA Modern merupakan pengembangan dari IPA Klasik.














BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1) Metode ilmiah dikatakan sebagai ciri IPA karena merupakan tahapan yang penting dalam sejarah perkembangan ilmu pengetahuan alam, bersifat kontinu, serta menciptakan ilmu pengetahuan baru yang terus berkembang sesuai perkembangan zaman yang bertujuan untuk mencari kebenaran yang relatif dari suatu hal.
2) Langkah-langkah operasional metode ilmiah adalah perumusan masalah, penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis, penarikan kesimpulan.
3) Perbedaan penerapan metode ilmiah dalam IPA klasik dan IPA modern adalah dalam IPA klasik dimulai dari eksperimen yang menghasilkan teori, sedangkan IPA modern diawali dengan pengkajian teori yang dilanjutkan dengan suatu eksperimen.
3.2 Saran
Dari pemaparan di atas, dapat diberikan saran sebagai berikut:
1) Kepada pemerintah dan institusi, hendaknya memberikan materi mengenai penerapan metode ilmiah sehingga pelajar Indonesia tidak sebatas tahu mengenai metode ilmiah, melainkan belajar untuk mengaplikasikan ilmu melalui metode ilmiah. Hal ini tentu akan merangsang tumbuhnya pencipta pengetahuan.
2) Kepada pelajar, sebagai generasi muda, sebaiknya dapat mengaplikasikan metode ilmiah ini dalam bentuk yang nyata atau melakukan learning to do. Dengan demikian, pengetahuan teori yang telah didapatkan selama proses pembelajaran dapat menghasilkan pengetahuan yang lebih luas.
3) Kepada masyarakat, alangkah baiknya apabila masyarakat memiliki kesadaran untuk menjawab rasa keingintahuannya melalui aplikasi metode ilmiah. Di samping itu, masyarakat juga dapat memberikan dukungan terhadap aplikasi metode ilmiah pada kehidupan dengan cara mewadahi kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan penelitian dan mengadakan lebih banyak ajang yang berkaitan dengan hal ini agar lebih merangsang timbulnya pencipta-pencipta pengetahuan.


DAFTAR PUSTAKA

Amirullah, Andi. 2008. Metode Ilmiah. Online (http://amiere.multiply.com/journal/item/19/Metode_Ilmiah, diakses tanggal 24 Agustus 2010).
Anonim. 2010. Ilmu Kealaman Dasar. Online (http://sandyarjo.wordpress.com/2010/04/07/ilmu-kealaman-dasar-2/, diakses tanggal 24 Agustus 2010).
Aradea, Riswan. 2008. Bab II Ilmu Pengetahuan Alam. Online (http://irfanzizi.multiply.com/journal/item/3, diakses 24 Agustus 2010).
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. 2000. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. 1999/2000. Pengetahuan Alam dan Pengembangan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Ha’iz, Muhammad. 2010. Sejarah Perkembangan MIPA. Online (http://ies-pendidikanfisika.blogspot.com/2010/06/sejarah-perkembangan-mipa.html, diakses tanggal 5 September 2010).
Jasin, Maskoeri. 2008. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Rajawali Pers.
Landking, Oche. 2010. Ilmu Kealaman Dasar. Online (http://ochelandking.blogspot.com/2010/04/ilmu-kealaman-dasar.html
, diakses tanggal 5 September 2010).
Mas’ud, Ibnu. Paryono, Joko. 1998. Ilmu Alamiah Dasar. Bandung: Pustaka Setia.
Putra, Adiansa. 2010. Perkembangan dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan Alam. Online (http://aqquazileo.blogspot.com/2010/03/makalah-iad-perkembangan-dan.html, diakses tanggal 24 Agustus 2010).

3 komentar: