Cari Blog Ini

Kamis, 04 November 2010

>>PANGKAL KELAHIRAN IPA

Oleh :
1. Allen Jesica (100311400734)
2. Galuh Maulidiyah (100311400733)
3. Nur Ali (100311400765)
4. Nur Fitriyaningsih (100311400750)
5. Halimatus sa’Diyah (407312408009)






UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FALKUTAS MATMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN MATEMATIKA
Agustus 2010
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan ridloh-Nya kami dapat menyusun makalah pada mata kuliah Ilmu Kealaman Dasar dengan judul Keingintahuan, Mitos, Penalaran dan Pengetahuan sebagai Pangkal Kelahiran IPA sesuai dengan target yang ditentukan.
Selain itu, kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak – pihak yang telah mendukung penyusunan makalah ini, diantaranya:
- Kedua orang tua, yang senantiasa mendukung kami
- Bapak Hendra Susanto, S.Pd, M.Kes, selaku dosen mata kuliah Ilmu Kealaman Dasar, yang telah membimbing kami
- Serta rekan – rekan mahasiswa yang membantu penyusunan makalah ini.
Kami berharap penyusunan makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan bisa menambah wawasan kita sekalian. Sesuai kata pepatah ”Tiada gading yang tak retak”, kami sadar bahwa makalah ini tidak sempurna dan apabila ada kesalahan di dalamnya kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Wassalamu’alaikum wr. Wb

Malang, 26 Agustus 2010



Kelompok I






BAB I
PENDAHULUAN


I.1 LATAR BELAKANG
Awalnya manusia di dunia ini tidak mengenal apa itu ilmu pengetahuan alam dalam kesehariannya. Mereka memiliki keterbatasan pemikiran dan pengamatan, sehingga hal-hal yang mereka peroleh tidak bisa dicerna secara optimal. Rasa ingin tahu mereka tak bisa terjawab oleh keadaan tersebut. Namun seiring berjalannya waktu dan semakin majunya zaman menuntut mereka untuk belajar lebih dalam lagi tentang pengetahuan. Lama kelamaan ilmu pengetahuan menjadi kebutuhan yang mutlak dalam kehidupan mereka. Karena dengan adanya ilmu pengetahuan bisa membantu mereka untuk menambah wawasan demi kemajuan di masa yang akan datang.

I.2 RUMUSAN MASALAH
I.2.1 Apa saja faktor-faktor yang menjadi pangkal lahirnya IPA?
I.2.2 Jelaskan pengertian dari masing-masing faktor tersebut?
I.2.3 Bagaimana pengaruh faktor-faktor tersebut sebagai kontribusi lahirnya IPA?

I.3 TUJUAN
I.3.1 Mengetahui faktor-faktor apa saja yang menjadi pangkal lahirnya IPA
I.3.2 Mengetahui definisi masing-masing faktor tersebut
I.3.3 Mengetahui pengaruh faktor-faktor tersebut sebagai kontribusi lahirnya IPA







BAB II
PEMBAHASAN


2.1. Rasa Ingin Tahu
Adalah hasrat atau niatan untuk mengetahui lebih dalam tentang sesuatu hal yang masih baru dikenali agar bisa lebih memahami secara mendalam
Rasa ingin tahu ilmiah berupaya mempertanyakan bagaimana sesuatu itu terjadi, berfungsi, dan hubungannya dengan hal-hal lain. Rasa ingin tahu akan berujung dengan pengertian akan suatu hal. Rasa ingin tahu ilimiah biasanya dibarengi dengan berbagai percobaan dan penelitian.
Setiap manusia tentunya selalu mendapatkan informasi-informasi dari berbagai macam sumber yang ada, baik itu informasi lisan maupun tulisan tentang alam. Setelah menerima informasi tersebut, tentunya mereka ingin mengetahui lebih dalam lagi agar bisa lebih jelas dan memahami maksud dari informasi tersebut.
Untuk itu mereka berusaha mencari tahu kebenaran dari informasi itu. Dan dengan adanya rasa keingintahuan itu memunculkan ide atau gagasan manusia untuk menciptakan suatu ilmu pengetahuan yang disebut dengan Ilmu Pengetahuan Alam.

2.2. Perkembangan Alam Pikiran Manusia
Rasa ingin tahu yang dimiliki manusia, menyebabkan alam pikiran manusia berkembang. Ada dua macam perkembangan yang dapat kita ketahui, yakni :
1. Perkembangan alam pikiran manusia sejak dilahirkan sampai akhir hayatnya.
Seorang bayi yang baru dilahirkan, mengalami perkembangan alam pikiran yang hampir serupa. Ketika anak kecil mengamati lingkungan, muncul bermacam-macam pertanyaan di dalam pikirannya. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, anak kecil mengadakan penyelidikan sendiri atau bertanya kepada orang lain yang ada disekitar mereka.
Alam pikiran anak berkembang dengan pesat. Rasa ingin tahu seorang anak akan melemah, apabila orang-orang di sekelilingnya acuh dan menghiraukan semua pertanyaan mereka. Dengan demikian perkembangan alam pikiran anak akan terhambat.
2. Perkembangan alam pikiran manusia sejak zaman purba hingga dewasa ini.
Pada zaman purba, manusia sudah menghadapi berbagai teka-teki yakni terbit dan terbenamnya matahari, perubahan bentuk bulan, pertumbuhan dan pembiakan makhluk hidup, adanya angin, petir, hujan, dan pelangi.
Terdorong rasa ingin tahunya yang sangat kuat, manusia purba mulai menyelidiki apa penyebab terjadinya fenomena-fenomena itu dan apa akibatnya. Penyelidikan ini menghasilkan jawaban atas banyak persoalan, tetapi kemudian timbul persoalan-persoalan baru. Dengan demikian alam pikiran manusia purba mulai berkembang. Perkembangan itu berlangsung terus sampai sekarang dan akan berlanjut dimasa mendatang. Mekipun semua orang memiliki rasa ingin tahu, tetapi tidak setiap orang mampu dan mau mengadakan penyelidikan sendiri. Banyak yang sudah merasa puas dengan memilih jalan pintas yakni bertanya kepada orang lain yang telah menyelidiki atau bertanya kepada orang lain yang telah bertanya. Cara melalui jalan pintas ini pun menyebabkan alam pikiran manusia berkembang.

2.3. Mitos
2.3.1 Menurut pengertian Yunani-Romawi kuno,
Mitos adalah sebuah cerita yang sebenarnya dikisahkan dengan cara yang masuk akal. Cerita itu menyangkut soal perbuatan-perbuatan para dewa, para pahlawan, atau tokoh-tokoh dari zaman purba lainnya. Kronologi di dalam cerita tidak jelas. Para penyalur cerita nampaknya kurang memperhatikannya. Pada umumnya Mitos hampir tidak dibicarakan di dalam historiografi "ilmiawi" kuno, yang membatasi diri pada masa sejarah yang tidak terlalu jauh. Meskipun demikian historiografi jelas tidak menyangkal, bahwa di dalam tradisi mitos ditemukan sebuah isi yang nyata. Bagi kebudayaan-kebudayaan lain maupun bagi ethnologi, mitos dipandang sebagai cerita yang benar dan sakral dari waktu purba. Mitos dijadikan dasar untuk menjelaskan gejala-gejala alam sekitar, sejarah, masyarakat maupun hidup manusia. Berbeda dengan mitos tadi dapat dikatakan, bahwa hikayat mempunyai sebuah zaman lampau yang tertentu. Hal semacam itu juga berlaku bagi sebuah legenda. Jenis dongeng itu menceritakan sebuah kejadian dengan contoh yang selalu berlaku di luar waktu. Seringkali terjadi, bahwa dongeng mengandung motif religius, motif mitos ataupun magi, tanpa mengangkat tuntutan kebenaran dari mitos.

2.3.2 Definisi mitos secara umum
Adalah suatu pengetahuan-pengetahuan baru yang didapat dari penggabungan pengamatan, pengalaman, maupun kepercayaan turun temurun dari nenek moyang.
Mayoritas mitos diperoleh manusia secara turun temurun dari nenek moyangnya, dan biasanya mitos itu diceritakan secara lisan atau biasa disebut M to M (mulut ke mulut).
Karena dahulu kala ada keterbatasan berpikir logis mengenai suatu hal yang diceritakan tersebut, mereka dengan mudahnya mempercayai mitos tanpa adanya pemikiran lebih lanjut lagi tentang benar tidaknya suatu mitos.
Penyebab timbulnya mitos:
1) Keterbatasan Pengetahuan Manusia
Pada saat manusia masih terbatas pengetahuannya, belum banyak yang mereka ketahui. Pengetahuan mereka diperoleh dari cerita orang, karena seseorang mengetahui sesuatu hal. Kemudian memberitahukannya lagi kepada orang lain. Apakah yang diketahui sudah benar atau belum, merupakan permasalahan. Dari hal yang tidak benar, kemudian disalahkan setelah ada kebenaran, maka pengetahuan orang tentang sesuatu jadi bertambah.
2) Keterbaasan Penalaran Manusia
Manusia memang mampu berpikir, namun pemikirannya perlu terus-menerus dilatih. Pemikiran itu sendiri dapat benar dapat pula salah. Akhirnya penalaran yang salah akan kalah atau penalaran yang benar. Untuk itu diperlukan waktu guna meyakinkan.
3) Keinginan Manusia Yang Telah Dipenuhi Untuk Sementara
Kebenaran memang harus dapat diterima oleh akal, tetapi sebagian lagi dapat diterima secara intuisi, yakni penerimaan atas dasar kata hati tentang sesuatu yang benar. Kata hati yang irasional dalam kehidupan masyarakat awam sudah dapat diterima sebagai suatu kebenaran atau pseudo science.
4) Keterbatasan Alat Indera Manusia
a. Alat penglihatan
Banyak benda-benda yang bergerak begitu cepat sehingga tak tampak jelas oleh mata. Mata tak dapat mem-beda¬kan sepuluh gambar yang berbeda satu dengan yang lain dalam satu detik. Jika ukuran partikel jauh, maka mata tak mampu melihatnya.
b. Alat pendengaran
Pendengaran manusia terbatas pada getaran yang mempunyai frekuensi dari 30 sampai 30.000 hertz/detik, getaran di bawah 30 atau di atas 30.000 hertz/detik tidak terdengar.


c. Alat pencium dan pengecap
Bau dan rasa tidak dapat memastikan benda yang dicecap maupun yang diciumnya. Manusia hanya bisa membedakan empat jenis rasa yakni rasa manis, asin, asam dan pahit. Bau seperti parfum dan bau-bauan yang lain dapat dikenal oleh hidung kita, bila konsentrasinya di udara lebih dari sepuluh juta PPM. Melalui bau, manusia dapat mem¬¬¬¬bedakan satu benda dengan benda yang lainnya. Namun, tidak semua orang bisa melakukannya.
d. Alat perasa
Alat perasa pada kulit manusia dapat membedakan panas atau dingin, namun sangat relative, sehingga tidak bisa dipakai sebagai ala observasi. Akibat dari keterbatasan alat indera kita, maka mungkin timbul salah informasi, salah tafsir dan salah pemikiran.
Namun seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju, mereka berpikir lagi untuk menjawab benar atau tidaknya mitos tersebut. Dan untuk membuktikan hal tersebut, akhirnya mereka berinisiatif untuk mencari jawabannya melalui suatu ilmu, yakni Ilmu Pengetahuan Alam.
Secara garis besar, mitos dibedakan atas tiga macam, yaitu :
1) Mitos sebenarnya
Manusia berusaha sungguh-sungguh dengan imajinasinya menerangkan gejala alam yang ada. Namun belum tepat, karena kurang pengetahuannya sehingga untuk bagian tersebut orang mengaitkannya dengan seorang tokoh atau dewa atau dewi.
Contoh :
Apakah pelangi itu ? karena tak dapat dijawab, mereka mereka-reka dengan jawaban bahwa pelangi adalah selendang bidadari. Jadi, muncul pengetahuan baru yakni bidadari.
Gempa bumi diduga terjadi karena atlas (raksasa yang memikul bumi pada bahunya) sedang memindahkan bumi dari bahu yang satu ke bahu yang lainnya.

2) Cerita rakyat
Mitos yang merupakan cerita rakyat adalah usaha manusia mengisahkan peristiwa penting yang menyangkut kehidupan masyarakat karena cerita rakyat hanya disampaikan dari mulut ke mulut, maka sulit diperiksa kebenarannya. Tetapi gejala yang ada dalam masyarakat memang ada dan agar meyakinkan, seorang tokoh dikaitkan dalam cerita rakyat.
Contoh :
“ Lutung kasarung dari daerah Pasudan, Bawang Merah Bawang Putih dan Timun Emas dari Jawa Tengah dan sebagainya”.

3) Legenda
Adapun cerita yang didasarkan mitos disebut legenda. Dalam legenda dikemukakan seorang okoh yang dikaitkan dengan terjadinya suatu daerah.
Contoh :
“ Sangkuriang yang dikaitkan dengan gunung Tangkuban Perahu dan Dataran Tinggi Bandung yang dahulunya merupakan danau”.

2.4. Penalaran
2..4.1. Pengertian Penalaran
adalah sebuah proses berfikir yang berbeda dengan pengamatan indra,lebih kedalam pemikirian sehingga menghasilkan sebuah konsep dan pengertian.Penalaran biasanya keluar dengan sendirinya saat kita melamun atau melihat sesuatu sehingga muncul pemikiran dan menghasilkan sebuah kesimpulan.
Jenis Penalaran :
1. Metode Induktif
Atau bisa di sebut Generalisasi, dimana cara berfikir disini secara khusus kemudian secara umum biasanya hal yang dilakukan pada metode ini adalah melakukan penelitian yang belum diteliti. Generalisasi sendiri dapat sebuah pengamatan dari gejala-gejala tertentu sehingga memunculkan sebuah pernyataan sebab-akibat, saling keterkaitan antara suatu masalah dengan apa yang dihasilkan masalah tersebut.

2. Metode Deduktif
Pada metode deduktif, melakukan pemikiran sesuatu secara umum terlebih dahulu kemudian baru pemikiran secara khusus.Jadi penalaran deduktif tidak menghasilkan sebuah ilmu pengetahuan yang baru melainkan kesimpulan yang konsistent dari pernyataan dasarnya.
Adapun tujuan dari penalaran ialah dengan maksud menemukan sebuah kebenaran atau fakta, penalaran sendiri bertolak atau sesuatu yang benar dan yang salah.
2.5. Ilmu Pengetahuan
2.5.1. Perbedaan pola pikir rasionalisme dan empirisme
Rasionalime : merupakan metode dasar atu pola pikir dalam mencapai kebenaran ilmiah dengan menggunakan akal.
Sumber pengetahuan pada akal meliputi:
a. Ide kebenaran yang sudah ada, dan pikiran manusia dapat mengungkapkan ide tersebut (tanpa menciptakan dan tanpa melalui pengamatan)
b. Manusia mencari kebenaran melalui akal tanpa disertai fakta.
Kelemahannya: setiap orang percaya pada kebenaran yang diyakini sendiri-sendiri.

Empirisme : merupakan metode dasar atau pola pikir dalam mencapai kebenaran ilmiah dengan mementingkan pengalaman.
Sumber pengetahuannya:
a. Pengetahuan didapatkan melalui pengetahuan indera
b. Menggunakan dan membandingkan gagasan-gagasan yang didapatkan dari penginderaan dan pengalamannya.

2.6. Pengetahuan Sebagai Pangkal Kelahiran IPA
Pengetahuan di atas dapat disebut ilmu pengetahuan, jika digunakan perpaduan antara rasionalisme dan empiris yang dikenal sebagai metode keilmuan atau pendekatan ilmiah. Memang benar, bahwa IPA merupakan suatu ilmu yang teoretis. Teori tersebut didasarkan atas pengamatan percobaan-percobaan terhadap gejala-gejala alam.
Fakta-fakta tentang gejala-gejala kebenaran alam diselidiki dan diuji berulang-ulang melalui percobaan-percobaan (eksperimen). Kemudian berdasarkan hasil eksperimen itulah dirumuskan keterangan ilmiahnya (teori). Teori ini pun masih harus diuji kemantapan/kesaktiannya. Artinya, bilamana diadakan penelitian ulang, yang dilakukan oleh siapa pun, dengan langkah-langkah yang serupa dan kondisi yang sama, maka akan diperoleh hasil yang konsisten.
Metode keilmuan itu bersifat objektif, bebas dari keyakinan, perasaan dan prasangka pribadi serta bersifat konsisten. Artinya, dapat diuji oleh siapa pun dan dengan demikian kesimpulan yang diperoleh lebih dapat diandalkan dan hasilnya lebih mendekati kebenaran.
Secara lengkap dapat dikatakan, bahwa suatu himpunan pengetahuan dapat disebut IPA, bilamana memenuhi persyaratan sebagai berikut, objeknya adalah pengalaman manusia, berupa gejala-gejala alam. Kemudian dikumpulkan melalui metode keilmuan serta mempunyai manfaat untuk kesejahteraan manusia.
2.7. Timbulnya Ilmu Pengetahuan Alam
Berkat makin sempurnanya alat pengamat bintang, berupa teleskop dan juga makin meningkatnya kemampuan berpikir manusia, maka pada tahun 1500-1600, terjadi perubahan besar atas semua ajaran Aristoteles maupun Ptolomeus. Sebagai tonggak sejarah dapat dicatat disini adalah Nicoulas Copernicus. (1473-1543).
Ia tidak saja seorang astronom, tetapi juga ahli matematika dan pengobatan. Tulisannya yang terkenal, merombak pandangan astronom zaman Yunani Kuno berjudul De Revolutionibus Orbium Caelestium yang berarti peredaran alam semesta. Buku ini ditulis pada tahun 1507, namun tidak segera diumumkan, karena prinsip heliosentris (berpusat pada matahari) bertentang dengan kepercayaan penguasa pada saat itu.
Pokok ajarannya antara lain :
1) Matahari adalah pusat dari system solar. Di dalam system itu, bumi adalah salah satu dari planet-planet lain yang beredar mengelilingi matahari.
2) Bulan beredar mengelilingi bumi dan bersama bumi mengelilingi matahari.
3) Bumi berputar pada porosnya dari Barat ke Timur yang mengakibatkan adanya siang dan malam serta pandangan tentang gerakan bintang-bintang.

Dengan rasionalisme dan empiris yang dikembangkan, ilmu pengetahuan maju dengan pesat, sehingga dikatakan sebagai revolusi ilmu pengetahuan (scientific revolution). Ilmu dipikirkan untuk kesejahteraan manusia (antologi) dan lahirnya ilmu terapan (applied science) memungkinkan terjadinya revolusi teknologi (technological revolution).
Terjadinya revolusi industri (industrial revolution) ialah sebagai jawaban manusia untuk memenuhi kebutuhan akan hasil industri setelah kebutuhan pangan tercapai. Dengan berkembangnya jumlah penduduk, soal pangan kembali menjadi masalah serius. Bioteknologi dikembangkan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sedangkan elektronika saat itu juga maju pesat.

BAB III
PENUTUP


3.1. KESIMPULAN
Setelah menyusun makalah ini, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
- IPA adalah suatu ilmu pengetahuan yang cara pembuktiannya melalui pengamatan dan observasi.
- Faktor-faktor yang menjadi pangkal lahirnya IPA diantaranya keingintahuan, mitos, ilmu pengetahuan dan penalaran.
- IPA dapat dikembangkan untuk pendidikan dan kemajuan teknologi

3.2. SARAN
Kami menyarankan pada pembaca untuk membantu mengembangkan ilmu pengetahuan alam (IPA) yang nantinya sangat berguna bagi kemajuan pendidikan dan teknologi, bahkan untuk kemajuan nusa dan bangsa.














DAFTAR PUSTAKA

www.makalah-ilmu-alamiah-dasar-pengenalan.html

www.Ilmu-Alamiah-Dasar.htm

www.PerkembanganPolaPikirManusiaBocahfathulhudaBlog.htm

www.google.com

dan link link terkait lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar